Selasa, 17 Februari 2009

MIOMETRITIS

Pengertian
a) Myometritis adalah radang myometrium ( kamus Dorland ).
b) Miometrium adalah tunika muskularis uteri. ( kamus Dorland ).
c) Metritis atau miometritis adalah radang miometrium.

Gejala
· Demam
· Uterus nyeri tekan
· Perdarahan vaginal
· Nyeri perut bawah Lochia berbau, purulen

Metritis akuta
Metritis Akuta biasanya terdapat pada abortus septic atau infeksi postpartum. Penyakit ini tidak berdiri sendiri, akan tetapi merupakan bagian dari infeksi yang lebih luas yaitu merupakan lanjutan dari endometritis. Kerokan pada wanita dengan endometrium yang meradang dapat menimbulkan metritis akut.
Pada penyakit ini miometrium menunjukkan reaksi radang berupa pembengkakan dan infiltrasi sel-sel radang. Perluasan dapat terjadi lewat jalan limfe atau lewat trombofeblitis dan kadang-kadang dapat terjadi abses.

Metritis kronika
Metritis Kronika adalah diagnosa yang dahulu banyak dibuat atas dasar menometroragia dengan uterus lebih besar dari biasa, sakit pinggang, dan leukore. Akan tetapi pembesaran uterus pada multipara umumnya disebabkan oleh penambahan jaringan ikat akibat kehamilan, sedang gejala-gejala yang lain mungkin mempunyai sebab lain.


Diagnosa dan Terapi
Diagnosa hanya dapat dibuat secara patolog anatomis.
Terapi miometritis :
a. Antibiotika spektrum luas
Ampisilin 2 g iv / 6 jam
Gentamisin 5 mg kgbb
Metronidasol 500 mg iv / 8 jam
b. Profilaksi antitetanus
c. Evakuasi sisa hasil konsepsi
d. Pus รจ drainase
Manajemen
§ Antibiotik kombinasi
§ Transfusi jika diperlukan

ANDROPAUSE


Andropause adalah kondisi biologik dan biokhemis tertentu setelah usia setengah baya ang mendasari timbulnya perubahan fisik, psiologik, dan emosi. Kondisi ini secara alami pasti terjadi dan seringkali mengakibatkan perasaan tidak bahagia. Andropause umumnya dimulai umur 40 – 60 tahun ( BKKBN, 2003 )
Andropause adalah fenomena alami yang terjadi pada pria usia setengah baya (40 – 60 tahun) dengan gejala, tanda dan keluhan yang mirip dengan menopause pada wanita. Dimana terjadi penurunan produksi spermatozoa, hormon testosteron dan hormon-hormon lainnya secara perlahan.
Gb. Testoterone pada pria VS Usia
Andropause biasanya diikuti dengan perubahan sikap, dan mood, kelelahan, kehilangan tenaga, keinginan sex. Penelitian menunjukkan bahwa penurunan kadar testosterone dapat menimbulkan masalah kesehatan lainnya seperti sakit jantung dan kelemahan tulang (Osteoporosis). (
http://pikas.bkkbn.go.id/gemapria/article-detail.php?artid=60 )
Andropause adalah sindroma klinik yang ditandai dengan perubahan fisik dan emosional yang dihubungkan dengan menurunnya kadar hormon, seperti hormon pertumbuhan, dan khususnya hormon testosteron dalam konsentrasi yang bermakna. Dengan demikian, fungsi seksual maupun fertilitas (kesuburan) tidak berhenti sama sekali pada laki-laki yang mengalami gejala andropause, namun terjadi penurunan secara bertahap.
Sebenarnya andropause itu hanyalah istilah. Andro berarti laki-laki dan pause berarti berhenti. Apa yang terjadi sebenarnya tidak persis seperti menopause, penghentian fungsi gonad (ovarium/testis). Kalau pada perempuan tidak lagi menstruasi. Pada laki-laki tidak terjadi penghentian fungsi tersebut, hanya penurunan. Namun dampaknya tak hanya pada fisik dan psikis saja, namun juga pada fungsi seksual laki-laki. Meski demikian, andropause masih bisa diantisipasi untuk meminimalkan keluhannya, terutama sejak usia muda
Andropause adalah kondisi pria diatas usia tengah baya yang mempunyai kumpulan gejala, tanda dan keluhan yang mirip dengan menopause pada wanita. Istilah andropause berasal dari bahasa Yunani, Andro artinya pria sedangkan Pause artinya penghentian. Jadi secara harfiah andropause adalah berhentinya fungsi fisiologis pada pria.Berbeda dengan wanita yang mengalami menopause, dimana produksi ovum, produksi hormon estrogen dan siklus haid yang akan berhenti dengan cara yang relatif mendadak, pada pria penurunan produksi spermatozoa, hormon testosteron dan hormon – hormon lainnya sedemikian perlahan.

Kamis, 12 Februari 2009

ATRESIA ESOFAGUS

Pengertian :
Athresia Esophagus adalah perkembangan embrionik abnormal esophagus yang menghasilkan pembentukan suatu kantong (blind pouch), atau lumen berkurang tidak memadai yang mecegah perjalanan makanan / sekresi dari paring ke perut.


Klasifikasi :
Secara garis besar ada berbagai variasi cacat pada atresia esophagus :
1. Tipe A : Atresia esophagus tanpa fistula (7,7% dari kasus-kasus)
Atresia Esophagus adalah suatu kondisi di mana kedua segmen esophagus, atas dan bawah berakhir dengan kantong kosong dengan tanpa segmen yang berhubungan dengan trachea.
2. Tipe B : Atresia esophagus dengan fistula distal (86,5%)
Hal ini adalah jenis paling umum dari EA/TEF, di mana segmen bagian atas esophagus berakhir dengan kantong kosong dan segmen bagian bawah esophagus berhubungan terikat erat dengan trachea dengan adanya fistula.
3. Tipe C : Atresia esophagus dengan fistula proximal (0,8%)
Jenis ini jarang dari EA/TEF, di mana segmen bagian atas esophagus membentuk suatu saluran sampai trachea dan segmen yang lebih rendah dari esophagus berakhir dengan kantong kosong.
4. Tipe D : Atresia esophagus dengan fistula distal dan fistula proximal (0,7%)
Hal ini paling jarang dari EA/TEF, di mana kedua segmen kerongkongan terikat erat dengan trachea.
5. Tipe H : Fistula traheo esophagus tanpa atresia (4,2%).
Tracheo esophagus fistula adalah satu kondisi di mana fistula berada di antara esophagus dan trachea tapi esophagus itu normal ke perut.



Gejala dan Tanda :
· Dalam anamnesa : kehamilan ibu disertai hidramnion (± 60%)
Perlu dilakukan kateterisasi esophagus dengan kateter No.6-10 f
Bila kateter terhenti pada jarak 10 cm -> diduga atresia esophagus
· Bila pada bayi baru lahir timbul sesak napas disertai dengan air liur yang banyak meleleh ke luar dan pernafasan berbuih
· Segera setelah lahir bila diberi minum bayi akan batuk dan sianosis karena aspirasi cairan ke jalan napas
· Tindakan katersasi esophagus gagal; bila terhenti pada jarak <>


Penegakan Diagnosa :
Diagnosa harus ditegakkan secara dini, lebih baik lagi jika berhasil dibuat ketika berada di kamar bersalin, karena aspirasi paru merupakan penentu prognosis utama. Sekali diduga adanya atresia esophagus, maka kegagalan utnuk memasukkan suatu kateter ke dlaam lambung memastikan diagnosis. Biasanya kateter tersebut akan terhenti secara tiba-tiba pada jarak 10-11 cm dari garis batas atas gusi dan rontgenogram yang dilakukan, memperlihatkan kateter yang menggulung terletak did alam esophagus bagian atas.
Kadang kadang, rontgenogram yang dilakukan memperlihatkan gambaran khas suatu esophagus yang mengembang karena udara yang di dalamnya. Adanya udara di dalam abdomen menunjukan adanya suatu fistula di antara trakea dan esogfagus bagian distal. JIka dipergunakan bahan kontras, maka bahan kontras tersebut haruslah bahan yang dapat larut air; bila diberikan kurang dari 1 ml dengan pengawasan fluoroskopis maka sudah cukup untuk memperlihatkan gambaran dari kantung atas yang buntu. Kemudian bahan tersebut harus disingkirkan kembali untuk mencegahnya masuk ke dalam paru-paru dan mencegah pneumonia kimia.

Beberapa fistula tanpa atresia dinamakan tipe H.
· Diagnosa pasti dengan thorax foto : menunjukkan gambaran kateter terhenti pada tempat atresia.
· Fluoros copy dan Bronchos copy > Memberi gambaran yang lebih jelas
· Dalam foto abdomen perlu dibedakan apakah lambung terisi udara atau kosong > untuk menunjang diagnosa fistula tracheo esophagus


Komplikasi :
Lebih banyak pada TEF (Tracheal Esophagus Fistula)
1. Pneumoni
Aspirasi dari salisa, repluk dari gaster
2. Bersamaan dengan lesi terdapat :
· Congenital heart disease
· Gangguan intestinal anomalis
· Depormitas skeletasi dan muskler
3.
Prematuritas


Manifestasi-manifestasi Klinis :
Atresia esophagus harus dicurigai jika :
· Terdapat riwayat polihidramnion ibu
· Kateter yang dipergunakan pada saat kelahiran untuk resusitasi tidak dapat dimasukkan ke dalam lambung
· Bayi tersebut mempunyai sekresi oral dan faring yang berlebihan
· Terjadi aspirasi, sianosis atau batuk dalam pemberian makan bayi


Bayi dengan atresia tanpa fistula mempunyai abdomen skafoid serta tanpa gas. Pada fistula tanpa atresia yang jarang ditemukan, gejala-gejala yang serinng terjadi adalah aspirasi pneumonia berulang dan diagnosisnya dapat tertunda hingga beberapa hari atau bahkan berbulan-bulan. Walaupun aspirasi sekresi faring merupakan temuan yang hampir selalu didapatkan pada penderita-penderita atresia esophagus, namun aspirasi isi lambung melalui suatu fistula di bagian distal menyebabkan pneumonitis kimia yang jauh lebih hebat mengancam jiwa penderita tersebut.
Atresia esophagus terjadi pada 1 : 3000-4500 kelahiran hidup, kira-kira sepertiga dari bayi-bayi tersebut lahir secara premature. Pada lebih dari 75% kasus-kasus yang ditemukan, suatu fistula di antara trakea dan esophagus bagian distal menyertai atresia tersebut.
Anomali-anomali congenital tambahan diantaranya dapat mengencam jiwa pendererita dan terjadi pada minimal 30% bayi denga atresia esophagus. Yang paling sering adalah anomaly kardiovaskuler tetapi dapat pula dijumpai cacat lain pada saluran cerna, saluran kemih, vertebrata, dan system saraf pusat.


Pengobatan
Atresia esophagus merupakan keadaan darurat bedah. Sebelum pembedahan, penderita sebaiknya diletakkan dalam posisi tertelungkup untuk mengurangi isi lambung mencapai paru-paru serta isi dan kantung esophagus bagIan atas dikosongkan terus-menerus dengan penghisapan sebagai upaya untuk mempertahankan esophagus bagian atas tetap dalam keadaan kosong. Penting pula memberikan perhatian seksama terhadap pengendalian suhu dan fungsi pernafasan. Mungkin diperlukan aspirasi bronkoskopis baik pembedahan maupun pasca pembedahan terhadap kemungkinan atelektasis. Anomali-anomali congenital yang sering ditemukan dan berkaitan sering menjadi penyebab utama kematian.Kadang-kadang, keadaan penderita memerlukan pembedahan yang harus dilaksanakan secara bertahap; yang pertama biasanya deilakuka pengikatan fistula serta memasukkan sesuatu tuba gastrotomi untuk keperluan pemberian makanan dan yang kedua melakukan anastomosis kedua ujung esophagus. Delapan-10 hari setelah penyambungan primer, pemberian makanan melalui mulut biasanya dapat diterima penderita,Suatu esofagograf setiap 10 hari dapat membantu menentukan kemampuan anastomosis yang telah dilakukan. Stenosis pada tempat anastomosis merupakan kejadian yang sering dan mungkin memerlukan tindaka dilatasi. Pergerakan esophagus bagian distal selalu abnormal pada paska pembedahan sehingga memudahkan terjadinya refluks gastroesofagus, aspirasi, dan pembentukan striktura.


Penatalaksanaan :
· Pemasangan segera kateter esophagus dan dihisap secara berkala
· Posisi bayi setengah duduk bila terdapat fistel ke esophagus atau bila tidak diketahui ada tidaknya fistel


Bila tidak ada fistel, kepala diletakkan lebih rendah dari tubuh
· Pembedahan korektif secepatnya

Faktor Pelindung Dalam ASI

Pada waktu lahir sampai bayi berusia beberapa bulan, bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. ASI mampu memberi perlindungan baik secara aktif maupun pasif. ASI tidak saja menyediakan perlindungan yang unik terhadap infeksi dan alergi, tetapi juga merangsang perkembangan sistem kekebalan bayi itu sendiri. ASI memberikan zat kekebalan yang belum dapat dibuat oleh bayi. Dengan adanya zat anti-infeksi dari ASI maka bayi ASI eksklusif akan terlindung dari berbagai macam infeksi, baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau parasit. ASI juga ternyata mengandung zat anti-infeksi.
“Sel darah putih”
Setiap tetes ASI mengandung berjuta-juta sel hidup yang menyerupai sel darah putih sehingga dinamakan “sel darah putih” dari ASI. Sel-sel ini beredar dalam usus bayi dan membunuh kuman-kuman jahat. Sel yang sangat protektif ini jumlahnya sangat banyak pada minggu-minggu pertama kehidupan, saat sistem kekebalan tubuh bayi belum mampu membentuk antibodi dalam jumlah yang cukup. Setelah sistem kekebalan bayi matang maka jumlah sel-sel ini berangsur-angsur berkurang, walaupun tetap akan ada dalam ASI sampai setidaknya 6 bulan setelah melahirkan. Selain membunuh kuman, sel-sel yang sangat berharga ini akan menyimpan dan menyalurkan zat-zat yang penting seperti enzim, faktor pertumbuhan, dan protein yang melawan kuman atau imunoglobulin.
Imunoglobulin atau “antibiotik alami”
ASI juga mengandung imunoglobulin, suatu protein yang beredar dan bertugas memerangi infeksi yang masuk dalam tubuh bayi. Dapat disamakan dengan suatu antibiotik alami yang tersebar di seluruh tubuh dan akan membunuh kuman-kuman jahat. Antibodi dari ASI akan melindungi bayi sampai saat sistem kekebalan tubuh bayi matang. Proses ini akan terus terjadi sampai akhir tahun pertama kehidupan bayi. Demikianlah bila sewaktu di kandungan janin mendapatkan makanan dan perlindungan dari plasenta, setelah lahir makanan dan perlindungan itu diperoleh melalui payudara.
Immunisasi Pasifdan Aktif Oleh Asi
Kolostum mengandung “sel darah putih” dan protein imunoglobulin pembunuh kuman dalam jumlah yang paling tinggi. Kolostrum dihasilkan pada saat sistem pertahanan tubuh bayi paling rendah. Jadi, dapat dianggap bahwa kolostrum adalah imunisasi pertama yang diterima oleh bayi. Selain itu ASI akan merangsang pembentukan daya tahan tubuh bayi sehingga ASI berfungsi pula sebagai imunisasi aktif. Contoh imunisasi pasif oleh ASI adalah SIgA (Secretory Immunoglobulin A). SIgA adalah suatu anggota imunoglobulin yang penting. Pada minggu- pertama kehidupan ususnya masih seperti saringan yang akan membocorkan kuman–kuman dan benda asing lainnya. Di sinilah SIgA ASI akan melindungi dengan jalan menutupi kebocoran-kebocoran pada dinding usus tersebut.
Sitem Perlindungan Tubuh Yg Selalu Di Perbaharui
ASI akan memberikan perlindungan terhadap kuman-kuman sekitar bayi kita. Kuman-kuman sekitar kita akan terus berubah. Bila ada kuman baru yang masuk tubuh ibu maka tubuh akan membuat antinya. Melalui ASI, anti terhadap kuman baru ini dialirkan ke bayi sehingga bayi menjadi kebal juga terhadap bakteri baru yang akan selalu berubah. Proses imunisasi oleh ASI ini selalu akan beradaptasi untuk menghasilkan pasangan ibu-bayi dengan sistem pertahanan tubuh yang terbaik.

Hubungan Diit Ibu dengan Kompisisi ASI

1. Protein
Perubahan diit (baik atau jelek) sedikit berpengaruh pada kadar protein ASI.
2. Lemak
Bila lemak cukup maka lemak dalam ASI komposisinya sama dengan lemak dalam diit ibu, sedangkan bila lemak kurang maka komposisi dalam ASI sama dengan lemak dalam depot lemak.
3. Karbohidrat
Sedikit sekali variasi kadar laktosa sehubungan dengan diit ibu.
4. Kalori
Karena volume produksi ASI berkurang pada diit rendah kalori maka dengan sendirinya kalorinyapun akan berkurang.
5. Vitamin
Kadar vitamin dalam ASI sangat dipengaruhi oleh vitamin yang dimakan ibu, jadi suplementasi vitamin pada ibu akan menaikkan kadar vitamin ASI.
6. Mineral
Ibu dengan diit mineral yang cukup akan memberikan variasi yang besar pada ASI, sedangkan diit yang kurang hanya sedikit sekali pengaruhnya.
7. Obat
Beberapa macam obat dapat dikeluarkan melalui ASI, sehingga dapat mempunyai efek pada bayi (barbiturate, bromide, yodida, salisilat, atropine, sulfonamide, dan lain-lain). Jadi pada ibu-ibu yang sedang menyusui sebaiknya mendapat makanan yang adekuat serta pembatasan penggunaan obat-obatan dan cara ini jauh lebih murah daripada mengganti ASI dengan formula buatan.

Perbedaan Komposisi ASI dari Menit ke Menit

ASI yang keluar pada menit pertama dinamakan foremilk. Foremilk mempunnyai komposisi yang berbeda denagn ASI yang keluar kemudian (hindmilk). Foremilk lebih encer. Hindmilk mengandung lemak 4-5 kali lebih banyak dibanding foremilk. Diduga hindmilk inilah yang mengenyangkan bayi.
Selain itu, komposisi ASI pada saat mulai menyusui (fore milk) berbeda dengan komposisi pada akhir menyusui (hind milk). Kandungan protein fore milk (berwarna bening dan encer) tinggi, tetapi kandungan lemaknya rendah bila dibandingkan hind milk (berwarna putih dan kental). Walau tampak sehat, pertambahan berat badan bayi yang hanya mendapat fore milk kurang baik. Makanya, jangan terlalu cepat memindahkan bayi untuk menyusu pada payudara yang lain, bila ASI pada payudara yang sedang diisapnya belum habis.
ASI ibu yang melahirkan bayi prematur juga sesuai dengan kebutuhan bayinya. Antara lain, kandungan proteinnya lebih tinggi dan lebih mudah diserap.Susu formula: Komposisi zat gizinya selalu sama untuk setiap kali minum (sesuai aturan pakai)

Selasa, 03 Februari 2009

Abortus???



ABORTUS??????

Insiden
Insiden abortus sangat sulit ditentukan karena kadang-kadang seorang wanita dapat mengalami abortus tanpa mengetahui dia hamil, dan tidak mempunyai gejala yang hebat sehingga hanya dianggap menstruasi yang terlambat.
Terlebih lagi insiden abortus kriminalis, sangat sulit ditentukan karena biasanya tidak dilaporkan Di USA, angka kejadian secara nasional berkisar antara 10-20%.

Pengertian
Ada banyak pengertian mengenai abortus, namun intinya sama, yaitu berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin viabel atau dapat hidup di dunia luar. Batasan untuk abortus juga bermacam-macam, ada yang mengatakan batas masa gestasi sampai 28 minggu (Depkes,1996), 22 minggu, dan 20 minggu. Untuk batasan dengan berat badan janin, dikatakan abortus bila berat badannya telah lebih dari 500 gram sampai 1000 gram.

Penyebab

1. Faktor janin, biasanya terjadi dengan adanya gangguan pertumbuhan zigot, embrio,janin, ataupun plasenta

2. Faktor maternal, ada banyak faktor yang muncul dari faktor maternal, misalnya infeksi, penyakit vaskular, kelainan endokrin, faktor Imunologis, trauma, kelainan uterus.

3. Faktor Eksternal, diantaranya ada radiasi, dan obat-obatan.

Klasifikasi

1. Abortus Spontan

Keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis atau mekanis (Sastrawinata,2004)

2. Abortus Buatan

a. Abortus provocatus atrificialis

yaitu abortus buatan yang dikarenakan adanya indikasi untuk kepentingan ibu, misalnya: penyakit jantung, hipertensi esensial, dan karsinoma serviks.

b. Abortus provocatus criminalis

yaitu pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau orang yang tidak berwenang dan dilarang hukum atau dilakukan oleh yang tidak berwenang.

Secara KLINIS, Abortus dibedakan menjadi :

1. Abortus Iminens

Abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya, ostium uteri tertutup, uterus sesuai dengan umur kehamilan.

2. Abortus insipiens

Abortus ini sedang berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi, ostium terbuka, teraba ketuban, berlangsung beberapa jam saja

3.Abortus Inkompletus

Sebagian dari buah kehamilan telah dikeluarkan, tetapi sebagian (jaringan plasenta biasanya) masih tertinggal di dalam rahim, ostium terbuka teraba jaringan.

4. Abortus Kompletus

Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan dengan lengkap, ostium tertutup, uterus lebih kecil dari umur kehamilan atau ostium terbuka kavum uteri kosong

5. Missed Abortion

keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke-20, tetapi tertahan di dalam rahim selama beberapa minggu setelah janin mati.

6. Abortus Habitualis

Abortus yang telah berulang dan berturut-turut, sekurang-kurangnya 3 kali berturut-turut.